Pages

Sunday, December 5, 2010

Puisi Lama

A. Mantra, adalah puisi lama yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan gaib yang biasanya diajarkan atau diucapkan oleh pawang untuk menandingi kekuatan yang lain. Misalnya mantra untuk membangkitkan keberanian kepada harimau seperti di bawah ini.

Hai si Gempar Alam
Gegap gempita
Jarum besi akan romaku
Ular berbisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku

B. Bidal, adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya, hingga orang lain yang mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta maksud dalam hatinya sendiri, biasanya berisi nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Menurut penggunaannya bidal bisa diklasifikasikan menjadi: pepatah, perumpamaan, tamsil, ibarat, amsal, pemeo, peribahasa, ungkapan, dan perumpamaan.

Peribahasa, adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengisahkan maksud tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis peribahahasa ini adalah ungkapan, perumpamaan, ibarat, tamsil.

Pepatah, adalah kiasan tepat yang berupa kalimat sempurna dan pendek, pada mulanya dimaksudkan untuk mematahkan pembicaraan orang lain.
Contoh:
1. Buruk muka cermin dibelah.
2. Anjing menyalak takkan menggigit.
3. Besar bungkus tak berisi.

Perumpamaan, adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang pada hakikat berbeda, tetapi sengaja dianggap sama (secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata pembanding umpama, bak, bagai, seperti, ibarat, dsb).
Contoh:
1. Soraknya seperti gunung runtuh.
2. Wajahnya laksana bulan kesiangan.
3. Seperti mendapat durian runtuh.

Ibarat, adalah perbandingan dengnan seterang-terangnya dengan keadaan alam sekitarnya, yang mengandung sifat puisi di dalamnya.
Contoh:
1. Hendaklah seperti tembikar, pecah satu pecah semua.
2. Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang.
3. Bagai anak ayam kehilangan induk, selalu saja dalam kebingungan.
Amsal, adalah kalimat pendek untuk mengajarkan suatu kebenaran.
Contoh: 1. Biar badan penat, asal hati suka.
2. Boleh dipelajari, jangan diikuti (untuk sesuatu yang jelek).

Tamsil, adalah kiasan pendek yang bersajak dan berirama, seperti pantun kilat atau karmina.
Contoh:
1. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
2. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
3. Dekat kabut mata tertutup, dekat maut maaf tertutup.

Pemeo, adalah kata-kata atau kalimat-kalimat singkat baik yang mengandung ejekan atau semangat, yang ditiru dari ucapan seseorang, dan kemudian sering diucapkan atau dipakai dalam masyarakat.
Contoh:
1. Sekali merdeka, tetap merdeka!
2. Maju terus, pantang mundur!
3. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung!


C. Pantun, adalah puisi lama asli Indonesia (milik/budaya asli bangsa Indonesia) yang benar-benar berasal dari dari kesusastraan anak negeri sendiri. Kata pantun merupakan bentuk krama inggil pari bahasa Jawa. Dalam bahasa Sanskerta terdapat kata paribhasya (dalam bahasa Indonesia menjadi peribahasa) yang berakar kata rik/rit yang mendaung arti kira-kira sama dengan mengatur/menyusun. Sementara itu kata pantun dapat pula diurai dari akar kata tun yang dalam bahasa Kawi (Jawa Kuno) berarti tuntun-atuntun yang berarti mengatur. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa arti kata pantun pada umumnya sama dengan aturan, susunan.

Jenis-jenis Pantun
Menurut jumlah barisnya pantun dibedakan menjadi pantun biasa, pantun kilat/karmina, talibun, dan pantun berkait.

Pantun Biasa
Ciri-ciri pantun biasa adalah:
setiap bait terdiri atas empat baris,
setiap barus terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata,
dua baris pertama merupakan sampiran, dua baris kedua merupakan isi,
bersajak-sajak silang (a b a b),
berisi curahan perasaan (kalbu), sindiran, nasihat, dan
dapat selesai dalam satu bait.
Contoh:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh.

Pantun Kilat (Karmina)
Ciri-ciri pantun kilat adalah:
setiap bait terdiri atas 2 baris,
setiap barus terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata,
baris pertama merupakan sampiran, baris kedua merupakan isi,
bersajak sama (a a), dan
berisi curahan perasaan (kalbu), sindiran, nasihat.
Contoh:
Ada ubi ada talas, Sudah gaharu cendana pula,
Ada budi ada balas. Sudah tahu bertanya pula.

Talibun
Ciri-ciri talibun adalah:
terdiri atas lebih dari 4 baris dalam setiap baitnya (selalu genap: 6, 8, 10, dst.),
terbagi atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi,
bersajak silang (misalnya untuk 6 baris adalah a b c a b c)
Contoh:
Kalau anak pergi ke lepau
Hiu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi merantau
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu.

Pantun Berkait
Ciri-ciri pantun berkait adalah:
pantun ini tidak selesai dalam satu bait, minimal dua bait,
baris kedua dan keempat bait pertama menjadi baris kesatu dan ketiga pada bait kedua, dan
secara umum ciri setiap bait sama dengan pantun biasa.
Contoh:
Bunga melur cempaka biru
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan

Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai padamu tuan
Rindu saya bukan sedikit

Pantun Mulia, adalah pantun yang tidak saja bersajak akhir, tetapi juga bersajak tengah; serta sampiran dan isinya memperlihatkan hubungan yang erat. Apa yang dikatakan isi pantun sudah terbayang pada sampirannya.
Contoh:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Pantun Modern, adalah pantun yan tidak bersampiran, semua baris merupakan isi (seperti syair) hanya sja sajaknya masih berpegang pada persajakan pantun, yaitu sajak silang (a b a b).
Contoh:
Serumpun bambu di tepi kolam
Melambai jaya menjatuhkan bayang
Dilengkung angin duduk bermuram
Tak ketentuan daunnya melayang

Menurut isinya pantun bisa dibedakan sebagaimana pada table di bawah ini.

PANTUN

1. Pantun Anak-anak
  • Pantun Bersuka Cita 
Elok rupanya si kumbang janti
Dibawa itik pulang petang
Tak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

  • Pantun Berduka Cita 
Lurus jalan ke PayakumbuhKayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tidak kan rusuh
Ibu mati bapa berjalan

2.Pantun Orang Muda
  • Pantun Dagang/Nasib 
Asam pauh dari seberangTumbuhnya dekat tepi tebat
Badan jauh di rantau orang
Sakit siapa akan mengobat

  • Pantun Perkenalan 
Elok sungguh permata SelanBuatan dewa dari angkasa
Pahit sungguh rindukan bulan
Bulan tidak menimbangkan rasa

  • .Pantun Berkasih-kasihan
Dari mana punai melayang
Dari paya turun ke padi
Dari mana kasih sayang
Dari mata turun ke hati
  • Pantun Perceraian 
Kalau ada sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Tentulah kita bertemu lagi

  • Pantun Beriba hati 
Kalau begini tarap papanKe barat juga kan condongnya
Kalau begini untung badan
Melarat juga kesudahannya
  • Pantun Jenaka
Elok jalan ke kota tuaBertimbal jalan berbatang rapat
Elok kita berbini tua
Perut kenyang pelajaran dapat

3. Pantun Tua
  • Pantun Nasihat 
Pisang emas bawa berlayarMasak sebiji di atas peti
Utang emas boleh dibayar
Utang budi dibawa mati
  • Pantun Adat 
Rama-rama si kumbang jantiKhotib Endah pulang berkuda
Patah tumbuh hilang berganti
Pusaka tinggal berganti
  • Pantun Agama
Kemumu di dalam semakJatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya

D. Syair, adalah salah satu jenis puisi lama dengan pengaruh Islam (Arab). Syair tumbuh dan berkembang dalam kesusastraan Indonesia bersama-sama dengan masuknya agama Islam di Indonesia (sekitar tahun 1300 M). Kata syair berarti menggubah atau mengikat sastra. Syair berasal dari bahasa Arab sya’ra yang berarti bertembang. Syair biasa digunakan untuk bercerita (cerita dengan bentuk puisi)
Ciri-ciri syair adalah:
setiap bait terdiri atas 4 baris,
setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata,
semua baris merupakanisi yang saling berkaitan,
bersajak sama/rangkai ( a a a a),
berisi nasihat, cerita, hikayat, atau tentang ilmu, dan
tidak dapat selesai dalam satu bait.
Contoh:
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatlah syair serta berniat

Khabarnya orang empunya tamasya
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasai susah
Entahlah kepada esok dan lusa
… dan seterusnya.


E. Gurindam, adalah puisi lama berbentuk dua seuntai.
Ciri-ciri gurindam adalah:
setiap bait terdiri atas dua baris,
setiap baris tidak terikat oleh jumlah suku kata,
bersajak terus (a a),
baris pertama merupakan sebab/syarat, baris kedua merupakan akibat/jawab, dan
bersisi nasihat.
Contoh:
Kepada orang tua hendaklah hormat
Agar hidup tetap selamat

Baik-baik memilih kawan
Salah-salah menjadi lawan

Contoh gurindam yang terkenal adalah Gurindam XII karya Raja Ali Haji yang terdiri atas dua belas pasal.

F. Seloka, berasal dari celoka(Sanskerta) yaitu suatu ikatan (puisi) yang tiap bait terdiri atas dua baris dan tidak terikat oleh jumlah suku kata. Seloka berasal dari India kurang lebih tahun 100 M.
Contoh seloka yang asli adalah sebagaimana yang terdapat dalam Mahabharata dan Ramayana. Sedangkan seloka yang sudah berkembang di Indonesia cenderung merupakan puisi dua seuntai yang tidak terikat oleh suku kata dan sajak dan cenderung bersifat kelakar/seloroh. Sebagai contoh perhatikan dua buah seloka di bawah ini.
Baik beristri perempuan sumbang
Biarpun marah tertawa juga

Aduhai malang Pak Kadok
Ayamnya menang, kampong tergadai

G. Masnawi
Ciri-ciri masnawi, adalah:
ikatan yang terdiri atas sepuluh baris,
baris suku karangan dua-dua, dan bersuku kata 10, 12, sampai 14,dan
berisi puji-pujian untuk orang besar atau tentang perbuatan yang penting-penting.
Contoh:
Umar
Umar yang adil dengan perinya
Nyatalah pun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah adalat yang benar dan sungguh
Dengan beda antara isi alam
Ialah yang besar pada siang malam
Lagipun yang menjauhkan segala syar
Imamu ‘ihak ke dalam padang mahsyar
Barang yang Hak ta’ala katakan itu
Maka katanya sebenarnya begitu.

H. Ruba’i
Ciri-ciri ruba’i, adalah:
ikatan yang tiap bait terdiri atas empat baris,
setiap baris bersuku kata 11 sampai 15,
pada umumnya bersajak patah, tetapi ada juga yang bersajak sama, dan
bersisi uraian, nasihat, puji-pujian, dan bersifat mistik.
Contoh:
Manusia
Subhanahu’Allah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia

I. Kith’ah
Ciri-ciri kith’ah, adalah:
suatu ikatan yang terdiri atas lima baris,
pada umumnya bersajak apatah, dan
berisi mengenai ajaran hidup.
Contoh:
Jikalau kulihat dalam tanah ikhwal sekalian insan
Tiadalah kudapat bedakan antara rakyat dan sutan
Fana juga sekalian yang ada, dengarkan yang Allah beriman
Kullaman’alaihi fa’nin, yaitu
Barang siapa yang di atas di atas bumi itu lenyap.

J. Nazam
Ciri-ciri nazam, adalah:
ikatan yang terdiri atas 12 baris,
bersajak dua-dua atau empat-empat, dan
berisi perihal hamba sahaya yang setia.
Contoh:
Bahwa bagi raja sekalipun
Hendak ada menteri demikian
Yang pada sesuatu pekerjaan
Sempurnakan segala kerajaan
Menteri inilah maka telan raja
Dan peti segenap rahasianya sahaja
Karena kata raja itu katanya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang dsemikian perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika raja dapat adanya itu
Dapat peti rahasianya itu.

K. Gazal
Ciri-ciri gazal, adalah:
ikatan yang terdiri atas 8 baris,
setiap baris berakhir dengan kata yang sama, dan
berisi mengenai asmara.
Contoh:
Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawa ku pun, mana dari pada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu hampir dengan sedia suka juga
Nyawa itu yang menghidupkan senantiasa nyawa manusia juga
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
Kekasihku itu yang mengenak hatiku dengan rahasia juga
Buchari yang ada serta nyawa itu ialah berbahagia juga.

0 comments:

Post a Comment

thx for your comments..:)