Pages

Sunday, November 28, 2010

Perih Rindu

sapa hangat itu serasa duri baja
mengorek jelaga kelam jiwa
memaksa telaga mata
menggenang sesak berpacu detak

                              Aroma surga ditawarkan
                              Namun raga bertumpuk alasan
                              Menerima dengan enggan  
                              Menjalani sebagai beban

                                                    Cambuk semangat terenggut padat
                                                     Lumpuh layuh dalam sesat
                                                   
                                                                       Nurani menjerit ingatkan iman
                                                                       Entah kapan kembali dalam dekapan

                         Rabb.....rinduku masa itu...
                         Langkah lenggang senyum ringan dalam iman...                        

Download Video Antonim-Bahan Ajar

         Ketika belajar bahasa Indonesia, apalagi jam terakhir, butuh trik khusus untuk membuat siswa tetap segar.
Ada berbagai bentuk ice breaking untuk mengatasi kejenuhan siswa. Setiap guru pasti sudah memiliki trik-trik tersendiri.
         Salah satu yang pernah saya coba adalah menyajikan video kartun lucu untuk siswa. Video ini saya dapatkan ketika mengikuti workshop KTSP di Wisma Bandar Lampung. Penyajinya membagikan untuk para peserta yang menginginkan. Entah siapa yang menciptakan, semoga menjadi amal kebaikan baginya.
         Video ini mengisahkan murid - murid STM yang sedang belajar antonim, dengan menggunakan bahasa 'ngapak'. Dari setting suasana kelas yang tidak karuan, ditambah dengan profil guru yang mirip tokoh Suneo di film kartun Doraemon, membuat tampilan awal video cukup menarik. Apalagi ketika dialog antarsiswa dan guru berlangsung, dijamin dapat membuat siswa yang baru pertama kali mendengarnya akan ngakak.

Untuk melihat video ini, dapat didownload di sini Ukuran filenya 42,4 Mb.

Saturday, November 27, 2010

Semua Bisa Diatur

        Seperti biasa sebelum tidur, Hasan selalu minta dibacakan cerita.Malam ini cerita rakyat dari Sumbar menjd pilihan."MALIN KUNDANG"
...akhir cerita ibu Malin kecewa,sedih,marah,karena memiliki anak durhaka..lalu dikutuknya si Malin.Seketika langit gelap,guntur menyambar..dan Malin berubah menjadi batu.

        Biasanya setelah cerita berakhir Hasan memejamkan mata dan tertidur.Namun kali ini,alih-alih tidur,justru teriakan kesal keluar dari mulutnya."CERITANYA JELEK!"katanya."Masak ibunya jahat,anaknya dijadiin batu.kasihan lah."
"Tapi itu kan karena anaknya durhaka,kalau anaknya baik ibunya ya nggak ngutuk."jelas ummi.
"Ya harusnya kan anaknya diingetin dulu.kasih tau biar jadi baik..kayak aku kalo lagi nakalin adik dikasih tauin ummi.Aku nggak mau cerita itu!"
"ya udah,ceritanya ada lanjutannya nih..dengerin ya terus bobok" kata ummi.
"Begitu melihat anaknya menjadi batu,ibu Malin sangat sedih dan menyesal..lalu dia berdoa agar Malin bisa menjadi manusia lagi..Rupanya Tuhan mengabulkan doanya.Perlahan lahan Malin berubah menjadi manusia lagi.Ibu Malin sangat senang.Malin pun jg sangat senang.Dia tahu telah membuat ibunya marah..Lalu dia minta maaf..Ibunya pun memaafkan..mereka berdua berpelukan.Sejak saat itu mereka selalu saling menyayangi."
Dan Hasan pun tertidur.

Download Game Edukatif

         Mempunyai anak balita, gampang - gampang susah. Apalagi buat ibu yang bekerja di luar rumah. Mempercayakan sepenuhnya pengasuhan kepada orang lain ( pembantu ) merupakan hal sulit yang mau tidak mau harus dilakukan.  Terkadang "si embak"  asyik dengan pekerjaan rumah atau asyik dengan hp-nya sehingga mengabaikan anak asuhnya. Alhasil anak asyik saja menonton sinetron-sinetron remaja atau tayangan mistis yang kurang tepat buat perkembangan jiwanya.
          Salah satu yang bisa dilakukan sang Ibu untuk mengisi waktu luang si kecil ketika ditinggal bekerja adalah menyediakan mainan edukatif, yang bisa dimainkan tanpa menimbulkan kesulitan. Misalnya adalah game yang bisa diinstal di personal komputer (pc ). Pilihlah henis - jenis game yang bersifat mendidik, seperti pengenalan angka, warna, huruf, paint n coloring, dll.
           Untuk mendownload game tersebut, banyak sekali situs yang menyediakan fasilitas gratis.
misalnya klik disini, atau myplaycity  dll. Umumnya file disimpan dengan format exe, dan tinggal diinstal ke komputer kita.

Wednesday, November 24, 2010

Keajaiban Sedekah

Rosululloh SAW selalu menganjurkan umatnya untuk rajin bersedekah.  Yakinlah bahwa dengan bersedekah  tidak akan membuat miskin, namun justru akan membuat semakin kaya."Ah, bukankah secara logika harta kita justru berkurang?  Uang seratus ribu, diberikan ke orang lain sepuluh ribu...jelas tinggal sembilan puluh ribu. "

Ibarat pucuk daun yang dipangkas, setelah itu akan tumbuh daun- daun muda yang lebih banyak dan segar.  Demikian juga dengan sedekah. Bukan sekadar hitungan matematika biasa yang digunakan di sini. Namun matematika Alloh SWT yang menjanjikan hitungan luar biasa.

Seperti kisah sederhana yang saya alami sendiri.

Suatu siang, ada sebuah sms masuk ke hp butut saya. Tidak disangka datang dari seorang sahabat masa kecil yang sudah lama tidak berhubungan. Isi sms itu pun cukup singkat hanya " Jeng, tolong kirimi  pulsa 10rb " Tanpa pikir panjang saya pun segera sms teman untuk mengirimkan pulsa ke nomor sahabat saya tersebut. Tidak lama kemudian dia sms lagi " mksh, smga Alloh membalas kebaikanmu "

Sorenya, kakak ipar -yang sangat jarang berhubungan juga- menelpon saya. Setelah sedikit basa basi menanyakan kabar, dikatakannya secara gamblang bahwa  dia siap membantu membelikan seluruh semen yang diperlukan untuk membangun rumah (entah darimana dia tahu keinginan saya memiliki rumah idaman.) yang kalau dinominalkan senilai sekitar minimal 10 juta rupiah..subhanalloh, sungguh tidak disangka. Mengeluarkan uang 10 rb, dan dalam hitungan jam sudah berlipat mendapatkan 10 juta. Perniagaan yang luar biasa menguntungkan.

Sungguh berniaga dengan Alloh tidak akan mendapatkan kerugian .  Janji  Alloh itu pasti.

Pemakaian Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
               a. III. Departemen Dalam Negeri
                          A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
                          B. Direktorat Jenderal Agraria
                                       1. …
              b. 1. Patokan Umum
                  1.1 Isi Karangan
                  1.2 Ilustrasi
                         1.2.1 Gambar Tangan
                         1.2.2 Tabel
                         1.2.3 Grafik

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)
Salah Asuhan

8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama
dan alamat surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat,
biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna,
ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional,
introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami,
pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional,
subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata
dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu,
kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir,
ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang,
berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:
Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali,
bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada,
karatabaasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal,
paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati,
sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita, sukarela, sukaria,
syahbandar, titimangsa, wasalam

E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kaumabil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.

G. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

Pemenggalan Kata

Ketika menulis pada lembar kerja, para siswa masih sering melakukan kesalahan dalam memenggal kata.         Gara-gara tidak muat ditulis dalam satu baris, lalu dengan "asyiknya" lanjut tulis di baris bawahnya. Padahal, memenggal kata itu  ada aturannya, menurut Pedoman Umum EYD dari Pusat Bahasa Depdiknas. 

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-dara bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf
konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal.
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

Pemakaian Huruf Miring

Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat
kabar Suara Rakyat.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

Penulisan Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A                     master of business administration
M.Sc.                      master of science
S.E.                         sarjana ekonomi
S.Kar.                     sarjana karawitan
S.K.M                     sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.                       Bapak
Sdr.                        saudara
Kol.                        kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR                        Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI                       Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN                    Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP                     sekolah menengah tingkat pertama
PT                           perseroan terbatas
KTP                       kartu tanda penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)

Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu cuprum
TNT trinitrotulen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah


2. Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf capital.
Misalnya:
ABRI         Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN           Lembaga Administrasi Negara
PASI           Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP           Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM           surat izin mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri                      Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas                  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi                       Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani                   Kongres Wanita Indonesia
Sespa                     Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu           pemilihan umum
radar             radio detecting and ranging
rapim           rapat pimpinan
rudal            peluru kendali
tilang            bukti pelanggaran

catatan:
jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

PEMAKAIAN HURUF KAPITAL

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus beker keras.
Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini dia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana
Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian,
Gubernur Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan kata asing
Keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari
Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipkai
sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah
Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan,
Teluk Benggala, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden
Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah
dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. professor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. saudara

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kkerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

Sumber : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
               Pusat Bahasa, Depdiknas

Wednesday, November 17, 2010

Puisi Dua Bintang

Dua bintang
dalam sepiku
kauajak aku
riuh berdendang

             Dua bintang
            dalam laraku
             kaubuat aku
             tertawa riang
Dua bintang
dalam marahku
kauhampar sabarku
luas terbentang
              Dua bintang
             Dalam bingungku
              kautunjuki aku
              jalan yang lapang
Dua bintang
dalam sukaku
kaupegang aku
syukur sembahyang
               Dua bintang
              dalam takutku
               kaupaksa aku
              berteriak lantang
Dua bintang……….terus berpijar……..teruslah terang…  makinlah berpijar…..

                                                                                                    sep.mataram 21 mei 2010
                                                                                                    dedicated to my kids “hasan n hasna “

Puisi Kau dan Aku

Hitam itu katamu
Putih
itu kataku
                                    Besar
                                    itu katamu
                                    Kecil
                                    itu kataku’
Biasa
itu katamu
Istimewa
itu kataku
                                           Barat
                                          itu katamu’
                                         Timur
                                          itu kataku
Sabtu
itu katamu
Minggu
itu kataku
                          ahhhh……selalu berbeda!
                          lalu kenapa tetap bersama?
                           sssstttttt……inilah rahasia..
                           CINTA


“terinspirasi dari melihat infotainment, banyak artis cerai salah satunya dengan alasan perbedaan prinsip.”
Dinamika lukisan cinta kita, dibingkai dengan kokohnya komitmen, dipasang pada tembok iman dengan paku taqwa…insya Alloh mudah2an Alloh SWT memberkahi

Hanya Sebuah Monolog Keruh


mendung itu masih menggayut di langit jiwaku
terbayang bongkah awan siap muntahkan hujan
menusuk deras sekujur badan
menggigil...dingin.....dan pedih....

ahhh...bukankah bibirku yang bisa merayu lembut hadirnya angin?
bukankah seluruh warna tersedia di alam?

Apa sulitnya menghembus bayang awan yang menghantui?
Apa sulitnya mengangankan pelangi?

lalu..
terbayang lagi tetes air menjadi cermin
memantulkan jelas segala rupa noda...
tidak bersih...tidak cantik...tidak indah...
suram ...dan memandangnya adalah siksa.

ahhh....bukankah tanganku yang bisa menggosok noda menjadi kilau?
Bukankah seluruh panorama indah tersedia di alam?

Apa sulitnya ? Apa sulitnya? Apa sulitnya?
- Pikirankulah yang bisa mengubah neraka menjadi surga-