Pages

Thursday, July 26, 2012

Pengantin Surga - Layli o Majnun




Dua insan yang sedang mencinta, niscaya memiliki hasrat untuk selalu bersama. Untuk itulah ada lembaga suci yang disebut dengan pernikahan. Sepasang pengantin yang berbahagia mendapat legalitas di mata Tuhan dan segenap umat-Nya untuk  mencecap madu kehidupan. 


Namun,  adakalanya takdir tidak berpihak pada kehendak manusia.  Seperti halnya yang terjadi pada Qays dan Layla.

Ketika lidah- lidah yang kelaparan
Menyakiti dua hati yang sedang kasmaran
Mata dan bibir mereka tiada lagi mampu menyimpan
Rahasia yang terungkap oleh sebuah kerlingan
Serbuan fitnah membuat mereka terpisahkan  ( hlm. 18 )



Qays dan Layla dimabuk asmara. Sebelum benar- benar menyadari apa yang mereka alami, orang sudah terlanjur mengumbar cemburu dan kedengkian. Akibatnya, cinta mereka pun terpisahkan karena ayah Layla tidak menyetujui hubungan tersebut. . Karena cintanya kepada Layla, Qays tampak seperti Majnun ( orang gila ). Hingga kemudian lebih terkenal dengan Layla dan Majnun. 

Kemudian, Layla dinikahkan dengan Ibnu Salam. Namun sampai akhir hayatnya Layla tidak pernah mengizinkannya untuk menjamah keperawanannya. Layla senantiasa setia kepada Majnun.

Sementara Layla terkurung dalam pernikahan paksa tersebut, Majnun yang telah kehilangan unsur kemanusiaannya bebas mengekspresikan cintanya dalam syair- syair yang ajaibnya begitu memukau dan menghanyutkan pendengarnya. Jiwa Majnun melebur dalam bayang- bayang Layla. 

Bagi kaum sufi, kisah Layla – Majnun ini merupakan simbol  seorang pecinta ( hamba ) dan Kekasihnya ( Tuhan ) . Dengan cinta, seorang pecinta dapat bertransformasi ke dalam persatuan mistik dengan Sang Kekasih .  Konon, ungkapan – ungkapan cinta Majnun ini adalah ungkapan cinta pengarang kepada Tuhannya. 

Bagi saya sendiri -orang awam-  kisah ini adalah sebuah roman yang disajikan dalam bahasa yang indah dari awal hingga akhir. Meskipun bahasa yang digunakan puitis, ceritanya sendiri tetap mudah untuk dicerna.
Penerjemah dan penyuntingnya  sepertinya telah melakukan usaha ekstra untuk memanjakan pembaca agar bisa menikmati keindahan bahasanya. Simak saja   salah satu contohnya dalam kutipan dari halaman 18 di atas. Diksi yang dipilih menghasilkan irama dan rima akhir yang sempurna. 

Selain itu, dalam hal yang sederhana seperti  deskripsi alam saat pergantian hari membuat saya tak habis pikir imajinasi seseorang bisa  selincah itu. Simak ya kutipannya…

Sekali lagi hari yang masih mentah mengenakan mantel paginya, bagai tenunan brokat yang gemerlap. Ia menghiasi telinga langit dengan ornamen  emas matahari dan air raksa bintang gemintang yang meleleh dalam nyalanya yang merah ( hlm. 26 )

Sekali lagi sang matahari – penunggang kuda yang gagah berani itu – melompat cepat ke arena tempat roda langit berputar. Saingannya bintang gemintang, menjadi pudar dan mundur ke tepian ufuk barat. Cahaya yang bersinar dari sang penakluk membuat mangkuk Kristal malam yang berkilau – kilau hingga pagi mengangkatnya tinggi – tinggi kemudian memecahkannya, sehingga anggurnya bertebaran, mewarnai cakrawala dengan warna ungu dari satu ujung ke ujung lainnya. Begitulah hari bermula. ( hlm 199. )
Saat membaca, pernah saya begitu terhanyut dan menyalahkan Majnun yang begitu lebur dalam cintanya. Alangkah tega kepada orang tua yang menangis darah hingga akhir hayatnya karena memikirkan ketidakwarasan anak semata wayangnya. Pernah pula saya menyalahkan Layla, kenapa hanya memendam rasa dalam diam, tidak memohon kepada ayahandanya untuk menyatukannya dengan Majnun. Hingga akhirnya Ibnu Salam, suami yang amat mencintainya pun menjadi turut menderita. Setelah membacanya sampai akhir baru saya bisa memahami situasi dan kondisinya.   

Tanpa ada tokoh antagonis dan protagonis , karakter yang ada di dalamnya adalah tokoh- tokoh yang kuat . Layla-Majnun, ayah Layla, orang tua Majnun, Ibnu Salam, hingga tokoh Nawfal, semua adalah tokoh yang konsisten dalam sikap dan perasaannya. 

Hmm…sedikit yang saya rasa kurang pas dalam novel ini adalah desain kovernya. Suram. Mungkin jika   dibuat senada dengan  ilustrasi- ilustrasi yang ada di dalamnya, seperti di hlm. 17 atau hlm.242 akan jauh lebih menarik. Tampak khas ornament Arabianya. 

Daaaaaaann….Akhirnya, saya tertarik menulis puisi juga…^^

Duhai Majnun,
Andai  kumiliki separuh saja bentuk cintamu
Untuk kusemai dalam kalbuku
Dan kupersembahkan kepada Kekasihku
Tentu laku raga ini
akan berpihak pada lambaian surgawi
Aku tak ingin menjadi gila
Aku hanya ingin terlekat cinta … kepadaNya

Judul                     : Penagntin Surga
Penulis                  : Nizam Ganjavi
Penerjemah           : Ali Nur Zaman
Penyunting            : Salahuddien Gz.
Penerbit                : dolphin
Tebal                     : 250 hlm
Cetakan                  : Juli , 2012
ISBN                      : 978-979-17998-3-6