“ Sugih ananging iman, Pak.” (hlm.31 )
Dahlan kecil kenyang bergaul
dengan kemiskinan. Kemiskinan yang menyajikan banyak keterbatasan. Rasa perih
karena lapar. Lecet dan melepuh di kaki yang tak bersepatu demi menuntut ilmu. Ngangon domba, nguli nandur, nguli nyeset,
hingga menjadi pelatih voli anak- anak juragan tebu dijalani . Padahal tidak terlalu
banyak yang diimpikannya. -Hanya sepatu dan sepeda-. Tapi sepertinya itu adalah barang mewah yang butuh
banyak perjuangan untuk mendapatkannya.
…kemiskinan bukan halangan untuk mereguk ilmu sebanyak mungkin…Tuhan selalu mengabulkan doa orang-orang yang memiliki keyakinan dan kemauan yang kuat untuk mewujudkan harapan. ( Petuah Ustaz Ilham,hlm. 37 )
Ya, berdamai dengan kemiskinan . Itulah
satu-satunya tindakan logis yang bisa dilakukan. Pasrah tapi tidak menyerah. Kegembiraan
masa kecil tetap bisa dirasakan. Percaya Gusti
Allah ora sare. Cukup buku catatan yang menampung semua gejolak rasa.
Bagiku, menulis tak ada bedanya dengan obat, menyembuhkan luka akibat sayatan kepedihan.(hlm.80)
Walau ada kalanya semua terasa berat dan menyiksa.
Adakalanya tergelincir melakukan hal yang dilarang-Nya. Tapi iman tidak pernah
hilang dan disiplin selalu ditanamkan.
“Ojo wedi mlarat. Yang penting tetap jujur!” ( Mbak Sofwati,hlm.109)
“Disiplin itu lahir dari kemauan dan kesungguhan kalian sendiri, bukan dari peraturan atau ketegasan guru-guru dalam menegakkannya.” ( Ustad Ilham,hlm.105 )
Tak heran , walau dalam belitan kemiskinan prestasi tetap dapat ditorehkan. Walau tanpa
sepatu, posisi kapten tim bola voli dipegang. Pengurus ikatan santri pun
disandang. Dua syarat ‘kepemimpinan dipenuhinya.
“ Pertama, santri tu harus tawaduk,harus rendah hati. Terpilih menjadi pemimpin bukan berarti menjadi penguasa yang berhak memerintah sekehendak hati, melainkan menjadi pelayan bagi orang-orang yang dpimpinnya. Kedua, harus tawakal. Dunia ini persinggahan semata. Jabatan adalah amanat yang dilimpahkan kepada kita, kelak akan dimintai tanggung jawab. Menjadi pemimpin bukan untuk gagah-gagahan atau cari pamor. Siapa pun yang terpilih harus siap bekerja. “ ( Kiai Irsjad,hlm.158 )
Melalui novel setebal 369 ini, Khrisna Pabichara berhasil
menyuguhkan kisah yang menginspirasi dan dapat dinikmati. Banyak filosofi Jawa
dan Islam mewarnai. Bukan sekedar fiksi semata. Ketika kita menengok dunia
nyata, tokohnya memang ada. Ya, Dahlan Iskan . Menteri BUMN Republik Indonesia.
Bos Jawa Pos group, mantan Dirut PLN. Media massa kerap menyorot beliau. Sosok
yang berpembawaan sederhana dan merakyat – lebih suka bersepatu kets-.
Ketika sekarang dunia pendidikan
sedang berkutat dengan kurikulum pendidikan karakter, novel seperti ini sangat
pas sebagai penunjang. Saya sarankan : perbanyaklah koleksi perpustakaan dengan
novel- novel semacam ini. ‘Paksa’ murid untuk mau membaca serta
mengambil hikmahnya.
Bukan, bukan maksud saya mengiklankan novel ini . Umumnya,
novel lebih diminati daripada teks book.
Novel lebih bersifat menghibur. Jadi, ketika kita ingin menyampaikan nilai-
nilai tertentu tanpa berkesan menggurui atau memaksa atau mendoktrin ,lewat
ceritalah jalan keluarnya.
Sebuah novel yang mampu membuat
pembaca larut dalam ceritanya, berkembang imajinasi karena kuatnya deskripsi,
lebih kuat pengaruhnya bagi emosi jiwa pembaca. Alhasil, kalau yang disisipkan
dalam novel tersebut adalah nilai- nilai
yang luhur tentu pengaruh positif jugalah yang tersematkan.
Judul : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Tebal : 396 hlm.
Terbit : Cetakan 1, Mei 2012
ISBN : 978-602-9498-24-0
Judul : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Tebal : 396 hlm.
Terbit : Cetakan 1, Mei 2012
ISBN : 978-602-9498-24-0
2 comments:
Blom sempet baca buku ini... masih banyak hutang buku yg belom terbaca...
izinkan saya mencantumkan nama mba yayun dalam sahabat buku di blog saya ya mba...
terimakasih
oke, terima kasih kunjungannya...:)
Post a Comment
thx for your comments..:)