-Jika perjalanan hidup manusia ibarat sebuah sirkuit dan amal perbuatan adalah mobil yang melintasinya, maka bengkel ‘jiwa’ menjadi tempat yang harus disinggahi terlebih dahulu.-
Ada berbagai alasan orang pergi ke bengkel. Bisa jadi memang kendaraannya rusak perlu diperbaiki, atau perlu servis untuk pemeliharaan, atau hanya ingin memodifikasi, mempercantik performa . Dalam hal ini memang keberadaan sebuah bengkel menjadi tempat yang sangat penting bagi si pemilik kendaraan terutama jika minim pengetahuan tentang mesin.
Kehadiran ‘Bengkel Jiwa’ di dunia perbukuan Indonesia ini , tentunya bukan untuk membahas kendaraan dalam arti sebenarnya , tetapi analoginya sama dengan hal tersebut di atas. Dalam menjalani kehidupan, kondisi ruhiyah manusia tidak selalu sama. Keimanan seseorang fluktuatif, kadang naik, kadang turun bahkan bisa hilang sama sekali. Imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab, "Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh." Seperti sebuah mobil, pada kondisi prima bisa melaju dengan kecepatan maksimal. Namun adakalanya bisa mogok, tidak bisa berjalan sama sekali. Saat kondisi mogok inilah perlu dicari tahu sebabnya dan diperbaiki tanpa mengenal putus asa.
Sudah punya mobil dengan performa prima pun tidak cukup. Di bengkel yang satu ini, pelanggan juga diberi tips- tips aman dalam berkendara. Mulai dari cara memilih rute yang tepat sampai memilih navigator / teman perjalanan yang bisa diandalkan. Jadi diharapkan nantinya, pengendara tidak tersesat kehilangan arah di tengah jalan
Baiknya lagi, si pemilik bengkel ini tak segan memberi tahu cara mengemudikan mobil amal dengan baik. Pelanggan akan tahu kebiasaan- kebiasaan yang tidak baik dan penyebabnya. Hingga hal tersebut bisa dihindari. Artinya, dalam setiap perbuatan , hindarkan kebiasaan- kebiasaan buruk, diusahakan semuanya harus mengandung nilai ibadah , mulai dari yang sepele sampai hal- hal yang serius. Imbasnya, akan terwujud pribadi yang memiliki adab, akhlak tinggi, juga kepekaan terhadap sekitar. Dan harapannya, ’mobil amal’ tidak sering- sering masuk ke bengkel lagi.
Yang tak kalah penting selanjutnya, pelanggan juga diingatkan untuk menyiapkan bekal-bekal dalam perjalanan, agar makin mahir dalam berkendara. Mengingat semakin jauh perjalanan, tentunya sirkuit yang ditempuh makin banyak kelokan dan hambatannya. Tidak lupa pula, selalu mengaktifkan HP Ilahi, agar komunikasi senantiasa berjalan lancar.
Jika masih belum puas, pemilik bengkel juga menyediakan bonus sebagai tambahan bahan bakar mobil pelanggan. Bonusnya adalah buku Undimensioned, karya DianNafi dkk. Berisi kisah- kisah penghafal Al Quran, agar mobil amal makin laju jalannya.
Buku ini disajikan dengan bahasa yang santai. Penulis seolah berbincang akrab dengan sahabat, diselingi humor , kisah, dan perumpamaan – perumpamaan yang memudahkan pembaca mencerna maksudnya.
Tak salah jika Prie G.S, seorang budayawan mengatakan, ”...Perjalanan spiritual itu tidak rumit. Ia rekreatif, menyenangkan, dan jelas petanya. Setidaknya begitulah gaya buku ini bercerita...”
Dengan demikian, jika ingin menempuh perjalanan dengan selamat sampai garis finish yang tepat ( baca : surga ) tidak perlu ragu untuk menyinggahi Bengkel Jiwa yang satu ini.
Judul : Bengkel Jiwa dan Undimensioned *
Penerbit : Hasfa Publishing
Penulis : Awy A. Qolawun dan DianNafi,dkk
Terbit : 2011
Tebal : 164 hal.
*ket : 2 in 1 book.
2 comments:
kyaknya perlu neh buat nambah koleksi perpustakaan di rumah.
welcome to my blog..:)
Post a Comment
thx for your comments..:)