“Doamu tak akan pernah di-ijabah dan Tuhan tidak akan ridho padamu kalau kamu menyakiti hati Mama” (hlm.158)
Bono dan Bawon, dua cowok Medan ini adalah sahabat kental. Meskipun demikian, sahabat kental bukan berarti selalu saling mengerti. Adakalanya saling mengejek atau menjahili, hingga melancarkan aksi perang dingin karena kesalahpahaman. Sumber utamanya apalagi kalau bukan masalah klasik para remaja yaitu virus merah jambu, dimulai dari ketertarikan Bono pada Sarah ( Ca ) adiknya Bawon.
Memang, mulai timbulnya benih- benih asmara pada kehidupan remaja acapkali menimbulkan masalah. Mulai dari kasih tak terungkap , kasih tak sampai, sampai patah hati. Yang paling berbahaya kalau mengikuti hawa nafsu. Mulai dari pencet sana- sini ( hii…) hingga akhirnya MBA . ( Married by Accident ). Kalau kata psikolog sih kaum remaja seringkali tidak menyadari keadaan dirinya sendiri yang masih sangat labil dan amat dipengaruhi oleh ego pribadi. Alhasil dengan kondisi kejiwaan seperti itu, jika berkecimpung dalam dunia percintaan ( halah..!) seringnya ya berujung kurang baik.
Membaca novel ini sekitar sepertiga awal saya masih merasakan datar, belum mendapatkan feel komedi maupun romantisnya. Namun kemudian saya mendapati hal yang menarik dalam novel ini .Penyampaian prinsip yang kuat dari Mamanya Bono. Seorang single parent yang tidak ingin mengulang kesalahan masa lalunya. Dengan tegas melarang anak-anaknya berpacaran. Anak zaman sekarang dilarang ? Kira- kira bisa nggak ya? Biasanya yang timbul sih gejolak, dari yang backstreet hingga yang ekstrem kawin lari…ho ho…
Tidak seperti sinetron yang sering tayang di TV, semua karakter dalam novel ini digambarkan mempunyai sisi positif. Baik Bono maupun Bawon meskipun sama- sama dibesarkan tanpa figur ayah, tidak kekurangan cinta kasih dari keluarganya. Bono sempat digambarkan memberontak, namun perasaan cinta pada mamanya jauh lebih kuat, dan inilah yang menuntunnya dalam mengambil keputusan berat dalam hidupnya.
Konflik dalam novel ini memang belum mampu memberikan kesan yang dalam, namun nilai edukasinya luar biasa. Sosok Farah atau Mediana misalnya. Keduanya bisa menjadi patron bagi pembaca ( remaja / pelajar ) akan sosok yang ideal. Perempuan yang cantik, cerdas, dan tahu menjaga kehormatan dirinya.
Karena ini adalah novel pertama dari Trilogi Bono dan Bawon, apa yang akan terjadi kemudian ya…??
Siapa yang tahu hari esok ? Tak ada, kecuali kita hanya meraba-raba, berharap bahagia.( hlm.218 )
Oya, ada beberapa typo :
Kusah-usah
Ijin-izin
Tau-tahu
Judul : Trilogi B&B Bono&Bawon : Selamat Tinggal, Ca…
Penulis : Onet Adithia Rizlan
Editor : eM eS el-Jawi
Penerbit : Leutika
Dimensi : viii+228hlm.; 13x19 cm
Terbit : 2010
0 comments:
Post a Comment
thx for your comments..:)