Pages

Monday, February 27, 2012

Patriotisme Schweik


Prajurit Schweik  ,sosok  yang eksentrik, bodoh, tetapi memiliki kesetiaan  dan  ketulusan yang tinggi. Sebelumnya, dia pernah dikeluarkan dari resimen 91 karena terbukti lemah akal. Pada saat ada wajib militer, sekali lagi dia terpanggil membela Austria berperang melawan Rusia. Dengan semangat patriotisme tinggi, dipenuhinya panggilan tersebut. 

Schweik yang bodoh, selalu terlibat dalam masalah. Niat baiknya pun sering berujung petaka bagi orang lain. Namun, karena kepolosan dan memang hatinya tulus, masalah dan bahaya segawat apapun tidak pernah  disadarinya. Tidak dikenalnya istilah takut, bahkan, Schweik selalu berhasil lolos.  Sosok ini sedikit mengingatkan saya pada Mr. Bean, yang selalu sukses membuat saya tertawa. Sama- sama gayanya  polos tanpa dosa dan  banyak akal yang ‘aneh’  .   Hanya sebagai tambahan, Schweik ini sangat patriotis dan loyal.


Di sinilah keunikan novel ini. Memang tepat jika dikatakan bahwa ini adalah novel humor satirik. ‘Kengerian ‘ yang  biasanya menyelimuti suasana perang , prajurit yang harus loyal  pada atasan,  bagaimana  menjadi tahanan , dikemas  dalam humor  melalui ucapan, pikiran, dan tingkah Schweik yang lain daripada yang lain.

Pengarang novel ini adalah Jaroslav Hasek, kelahiran Praha tahun1883. Pernah bekerja menjadi juru tulis bank, namun karena ingin mengikuti kegemarannya bertualang dan cara hidup yang eksentrik pekerjaan itu ditinggalkannya. Pada masa Perang Dunia 1 ia masuk angkatan perang Austria, dan sempat ditahan beberapa tahun di dalam barak tahanan Rusia. Sehabis perang ia kembali ke Praha dan menulis novel ini.

Judul : Prajurit Schweik
Pengarang : Jaroslav Hasek
Penerjemah : Djokolelono
Penerbit : Pustaka Jaya
Edisi : Cetakan 3, 2008
Tebal : 279 hlm.

Saturday, February 25, 2012

Segalanya Bagiku...


“Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa….”

Betapa krusialnya peran ibu dalam kehidupan pribadi seseorang sudah jamak menjadi bahan perbincangan. Ribuan tahun lalu pun Rosululloh telah menegaskan, ibu, ibu, dan ibulah yang pertama kali harus dihormati. 

Ya. Sosok ibu adalah insan istimewa. Sosok yang terkadang ‘dituntut’ harus serba bisa. Menjadi pengasuh, perawat, koki,  manajer, konselor, psikolog ,pendidik, dll khususnya dalam rumah tangga yang dibinanya. Mesipun skala kecil, tentu saja tetap bukan tanggung jawab yang ringan. Sampai seorang  Kartini  pun  ‘curhat’  lewat sebuah surat kepada Prof. Anton dan istrinya : 

Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Ibarat busur yang melesatkan anak panah, kesiapan seorang anak untuk melesat menghadapi kehidupan tak lepas dari pengaruh kekuatan ibunda . – tanpa bermaksud mengesampingkan peran ayah  . Maka  tak heran jika sosok ibu  memiliki kesan mendalam di hati seorang anak. Sebagai bukti adalah  terwujudnya  sebuah antologi  “…Segalanya Bagiku-Sebuah Antologi Kisah Kasih Ibu 

Seperti halnya saya saat membaca judulnya, mungkin Anda juga sudah bisa menebak isinya.  Jujur, awalnya saya  kurang memiliki greget untuk membacanya. Toh, kisah tentang ibu tak kurang- kurang. Namun, ketika kemudian saya membuka halaman demi halaman, tak urung air mata saya berderai.  Kisah yang disuguhkan  dalam buku ini mampu menggugah kenangan saya akan ibu tercinta nun jauh di sana, mengurai  kembali hal- hal yang selama ini masih luput dari rasa syukur . 

Saya yang saat ini sedang berjalan tertatih- tatih menjadi ibu, serasa dihadapkan pada diorama gambaran karakter  kuat para ibu   yang luar biasa. Teringat saat saya sedang tidak sabar menghadapi polah kedua anak saya, cukup baikkah saya sebagai ibu untuk  mereka ? Bisakah saya  seperti  para ibu yang dikisahkan dalam buku ini? 

Buku ini layak dibaca oleh segala usia.

LRS Seputih Mataram

Judul : Segalanya Bagiku
Penulis : Jazim Naira Chand, dkk.
Penerbit : Leutika
Terbit: Januari 2012
Tebal: 198 halaman
Harga: Rp. 31.000,00

Sunday, February 19, 2012

Leutika Reading Society-Seputih Mataram : Resensi

Hallo semua….!!!  Leutika Reading Society (LRS ) Chapter Seputih Mataram kembali  mengadakan pertemuan off line  tanggal 12 Februari 2012. Kali ini bertempat di serambi masjid SMAN 1 Seputih Mataram. Pertemuan diadakan tepat selepas sholat Jumat, inginnya sih agar semua bisa kumpul di tempat yang mudah diakses. Tapi rupanya, justru para ‘pejantan tangguh’  yang dinantikan tidak bisa hadir. Meskipun demikian, dengan dominasi kaum hawa the show still goes on dong…..:))

Nah, seperti yang direncanakan, pada pertemuan kali ini yang dibahas adalah soal resensi.  Mengingat Penerbit Leutika sudah berbaik hati menyediakan bahan bacaan, namun dalam waktu sebulan belum semua menulis ulasan buku yang dibacanya. Kata Destri, “Bacanya cepat, tapi waktu ingin mengulas bingung nulis kalimatnya. “  Lain lagi kata Bayu, “ Sudah terlanjur banyak baca resensi yang ditulis orang lain, jadi waktu nulis isi tulisannya cenderung sama…” Selain itu ada yang sama sekali belum mencoba menulis  resensi. Jadi, pertemuan kali ini dimanfaatkan untuk menegaskan kembali tentang resensi dan pernik- perniknya.



Yang tertimpa job dadakan untuk menyampaikan materi adalah Sella, Bayu, dan Saras.  Diskusi tentang resensi ini dimulai dari membahas pengertian resensi, jenis- jenisnya, manfaat dan tujuannya, sampai  apa saja yang ditulis di dalamnya.

Kalau apa itu resensi, hampir semua sudah mafhum ya...menurut KBBI, resensi adalah  pembicaraan atau pertimbangan tentang buku; ulasan buku. Jadi isinya ya membahas hal ihwal sebuah buku. -Ngintip dari website www.anneahira.com- resensi bermacam- macam. Ada yang ‘hanya’ bersifat informatif, evaluatif , dan yang ideal adalah gabungan dari keduanya. Kalau yang informatif, isinya berupa informasi buku tersebut, seperti sinopsisnya, nama pengarang, penerbit, dll. Sedangkan kalau yang bersifat evaluatif, penulis resensi memberikan penilaian ( opini ) terhadap buku tersebut, seperti kelebihan dan kekurangan buku, atau membandingkan dengan buku sejenis yang pernah diterbitkan.

Nah, manfaatnya sudah bisa ditebak kan? Bagi penulis resensi, dia akan terlatih untuk berpikir kritis dan mampu menuangkannya dalam tulisan. Selain itu, jika tulisannya dimuat di media massa, tentu ‘ kantong’ bisa tambah tebal :)  Bagi penerbit dan penulis buku, resensi tentunya bagus sebagai media promosi. Semakin banyak resensi yang ditulis dan diterbitkan dalam berbagai media,  bukunya semakin dikenal kalayak. Selain itu, sebagai  bahan evaluasi juga . Seperti kalau anak sekolah mengumpulkan tugas kemudian mendapat penilaian dari gurunya,  penilaian itu akan sangat berguna untuk  mengetahui perkembangan kompetensinya. Kemudian, bagi calon pembaca buku, resensi bisa sebagai sumber informasi tentang sebuah buku, bahan pertimbangan baik atau burukkah sebuah buku hingga  layak beli atau tidak.

Nah, untuk yang masih bingung nulis kalimatnya, sarannya sih harus banyak- banyak baca dan berlatih menulis. Insha Allah keterampilan ini akan semakin dikuasai  seiring dengan semakin seringnya berlatih. Jika ingin nambah wawasan,  membaca aneka ragam gaya resensi , disarankan  ngintip  aggregator blog buku Indonesia, www.blogbukuindonesia.blogspot.com. Dari laman ini, kita bisa menjumpai seratus lebih  blog yang isinya berkaitan dengan buku. Utamanya sih tulisannya berupa  resensi buku- buku dengan berbagai  genre.

Well, kurang lebih itu yang dibahas pada pertemuan kali ini. Tak lupa, sebelum diakhiri ada sesi jepret- jepret dong …  *Reza, yang sedang kurang enak badan berbaik hati mengambil gambar.




Tak lupa juga, LRS Chapter Seputih Mataram mengucapkan terima kasih selalu pada Penerbit Leutika yang tak segan memberi dukungan pada pemasyarakatan budaya membaca. Semoga menjadi berkah bagi semesta….amin..:)

Wednesday, February 15, 2012

Mahabarata



Kisah Mahabarata merupakan bagian dari kitab Weda, yang diyakini oleh pemeluk agama Hindu. Wiracarita ini terbagi menjadi delapan belas parwa. Umat Hindu yakin kisah ini  memang pernah terjadi  ( nonfiksi ) dan konon, bekas tempat terjadinya peperangan masih ada.

Saya masih teringat dulu TVRI, satu- satunya chanel TV yang bisa diakses dengan bebas pada waktu itu, pernah menayangkan serial kolosal Mahabarata. Setiap penayangannya selalu dinanti dan mampu   memukau penonton. Walaupun saya lupa dengan detail ceritanya, gaung  bagusnya masih terngiang hingga kini. Oleh karena itu saya tertarik untuk membaca bukunya.

Ternyata, membaca buku ini membutuhkan kesabaran. Pada parwa pertama ( Adiparwa ) , yang membahas asal- usul keturunan, jujur saja saya hampir menyerah. Tanpa bantuan visual, nama karakter yang banyak sungguh membingungkan. Apalagi riwayat kelahiran tidak sesederhana seperti lahirnya putra dari sepasang suami istri. 

Sampai saya mencoba membuat coretan silsilah pohon keluarga.



Keterangan                 ---->;             Garis anak / keturunan
                                    ___           Garis pernikahan / pasangan

Jadi, dalam cerita ini, Abyasa memberikan benih pada Ambika dan Ambalika. Dari Ambika lahirlah Dastarasta, yang nantinya menikah dengan Gandari dan mempunyai 100 putra Kurawa. Lalu Dari Ambalika lahir Pandu dan Widura. Lalu Pandu menikah dengan Kunti  dan Madri. Tapi tidak memiliki putra. Akhirnya karena darmanya, Kunti mendapat berkah benih dari Dewa Keadilan, hingga lahirlah Yudistira. Dari Dewa Angin Kunti melahirkan Bima. Dari Dewa Indra lahirlah Arjuna. Sebelum menikah dengan Pandu, Kunti pernah bersenggama dengan Dewa Surya hingga lahirlah Karna. Nantinya, Karna ini bergabung dengan Kurawa melawan Pandawa. Sementara Madri, mendapat benih dari Dewa Aswin hingga lahirlah si kembar Nakula dan Sahadewa.

Dalam perkembangannya, timbul iri di hati putra Dastarastra, hingga sering melakukan tindakan licik untuk mencelakakan Putra Pandu (Pandawa ). Sadar tidak bisa mengalahkan kekuatan fisik kaum Pandawa, akhirnya putra Dastarastra menyusun siasat licik, dengan menantang bermain dadu. Dalam perjudian inilah Pandawa dapat dikalahkan. Karena berpegang teguh pada darma, mereka menerima kekalahan dan dibuang selama 12 tahun. Pada tahun ketiga belas tidak boleh ada yang mengenali mereka. Jika sampai ada yang mengenali, masa pembuangan akan diperpanjang selama 12 tahun lagi. 

Setelah masa pembuangan akhirnya dilalui, Pandawa ingin meminta kembali hak mereka . Bahkan Kresna dengan bijak mengatakan , cukup berikan lima desa pada mereka. Namun, permohonan itu ditolak, sehingga perang saudara antara Pandawa melawan Kurawa tidak bisa dielakkan lagi. Kisah peperangannya sendiri dilukiskan dengan cukup detail dalam bebarapa parwa.

Dalam buku ini, banyak bertebar contoh kebajikan dalam kehidupan. Jika manusia tetap berpegang teguh pada darma, akan datang keberhasilan dan kesenangan. 

****
Sekadar informasi, Okeyzz mengenalkan saya pada gerakan buku bergilir. Sebuah gerakan kreatif menyebarkan buku- buku yang telah dibaca kepada orang lain yang ingin membacanya. Jadi kita nempel stiker buku bergilir di sebuah buku, kemudian buku tersebut ditaruh di tempat umum, dan orang yang menemukan bisa mengambil dan membacanya. Selesai baca, mereka juga harus meletakkan di tempat-tempat  umum lagi agar bisa dibaca orang lain yang menemukannya. Begitu seterusnya.

 Tadinya saya ingin menaruhnya di gerbang pura sekolah, ( lingkungan saya 25% beragama Hindu, jadi banyak bertebar pura seperti di Bali ) tapi rupanya sebelum sempat saya taruh, Pak Ketut Darma tertarik untuk membacanya. Jika sebuah buku sudah menemukan pembacanya , apa yang bisa kita lakukan selain mempersilakannya?  :)

Spesial dedicated to Okeyzz..big hug for you…:)

Judul : Mahabarata
Penulis : P. Lal
Penerjemah : Harijadi S. Hartowardojo
Penerbit : Pustaka Jaya
Edisi : Cetakan ketiga, 2008
Tebal : 424 hlm.